story batak dari Marganya
Horas horas horaes.....!
Cerita dari seorang batak yang ingin bepergian tamasya. Dan ingin pergi kedaerah parapat danau toba....! Dan ketika di perjalanan dilihatnya lah bahwa TOBING TOBING disepanjang jalan sangat tinggi tinggi...kadang kadang juga jalannya naik dan MANURUNG ... Setelah sampai dia berteduh dibawah SIPAYUNG ...karena angin sangat kencang dia pun masuk si PARANGIN ANGIN... membuat perutnya sakit....!
benda pusaka
Horas horas horaes....!
Bagi orang Batak, ulos merupakan simbol restu, berkat, kasih sayang, dan persatuan. Dalam adat Batak, ulos adalah benda sakral. Tiap jenis dan motif ulos mempunyai arti tersendiri dan tidak bisa saling ditukarkan kegunaannya. Itulah sebabnya banyak tetua Batak yang berang dan tersinggung dengan kelakuan Martha Sirait. Maklum, ulos yang disakralkan itu oleh Martha justru di
buat aneka perlengkapan rumah tangga, rompi, dompet, tas, dan lainnya.Namun, kecaman bertubi-tubi lewat media massa saat itu tidak menggoy
ahkan perjuangan Martha. Akhirnya, pandangan kolot dari tetua Batak pelan-pelan terkikis. Wanita berusia 51 tahun ini bisa tenang mengembangkan bisnis ulosnya. Awalnya, Martha hanya menyalurkan hobi membuat ulos dan dipakai sendiri. Bakat membuat ulos diperoleh dari ibunya yang menjadi pembina penenun ulos di Kampung Porsea, Sumatra Utara. Itu sebabnya, sejak kecil ia sudah akrab dengan ulos. Sayangnya, usaha tenun ulos yang tergolong ATBM (alat tenun bukan mesin) tidak berkembang di kampungnya.
Ketika Martha hijrah ke Jakarta, 1965, usaha tenun ulos di sana sudah menjadi bangkai. Perhatiannya terhadap ulos kembali tumbuh setelah menikah dengan Amir Sirait. Pertama-tama Martha hanya mempelajari motif-motif ulos yang sudah ada. Ia tidak berani memotong ulos yang sudah ada. “Tabu bagi orang Batak,” katanya.
Lantas, ia berpikir, bagaimana jika dari motif ulos yang sudah ada diambil sebagian saja, dan kemudian dipadupadankan. Motif-motif campuran inilah yang ditenun khusus untuk keperluan handicraft. “Jadi, bukan ulos adat yang saya potong-potong,” jelas Martha membela diri.
Upaya Martha menembus pasar cukup sederhana. Sengaja ia memakai tas, dompet, busana berbahan ulos ke berbagai acara seperti arisan atau ke gereja. Ornamen dan podium gereja serta kantung persembahan di HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) Jalan Jendral Sudirman, Jakarta, pun dipercantik dengan ulos. Akibatnya, kerajinan ulos bikinan Martha semakin dikenal banyak orang. Order pun mengalir terus, mulai dari seragam paduan suara hingga pesanan Pemda Sumatra Utara untuk tamu asing. Menurut perhitungan Martha, potensi pasar ulos masih sangat besar. Saat ini untuk HKBP saja ada 2.700 gereja, belum lagi gereja Batak lainnya.
Tak cukup sampai di situ, Martha pun melayani pesanan dari luar negeri. Jika dulu promosi hanya dari mulut ke mulut, kini Martha rajin mengadakan pameran di luar negeri terutama kota-kota di Jepang, seperti Osaka, Tokyo, Kobe, Fukuoka, dan Yokohama. Martha menjual ulos ke Jepang dengan harga ´ 3.500 per potong, sedang biaya kirim sebesar ´ 1.500 ditanggung pemesan. “Saya senang dengan pasar Jepang, karena mereka mengapresiasi karya saya,” ujar Martha. Saat ini ia tengah menangani pesanan 500 tas tangan dengan harga ´ 4.000 sampai ´ 4.500.
Di samping motif dan desain, Martha sangat memperhatikan kualitas bahan baku ulos. Itu sebabnya ia memilih menggunakan benang dari Pekalongan sebagai bahan baku. Di Tapanuli memang ada benang khusus yang biasa dipakai untuk membuat ulos. Tapi, menurut Martha, benang dari Tapanuli sebagian besar luntur. Ulos produksi Martha warnanya tidak terbatas seperti ulos adat yang hanya terdiri dari hitam, merah, dan putih. Warna-warna cerah, seperti biru dan merah jambu, dipilihnya agar bisa memikat konsumen dari kalangan muda. Dengan cara itu, pangsa pasar ulos pun bisa diperlebar ke kalangan anak muda.
Penenun ulos terbatas.
Sistem yang dipakainya dalam membuat ulos adalah borongan. Motif dan benang dikirim ke penenun binaan di Tapanuli Utara, juga warnanya. Setiap bulan ia mengirim benang sekitar satu hingga dua kuintal. Adapun pengerjaan ulos dilakukan para penenun binaannya. Rata-rata para penenun memperoleh penghasilan Rp 400.000 per bulan.
Harga kerajinan tangan bikinan Martha Ulos dijual dengan harga bervariasi mulai dari Rp 6.000 sampai Rp 550.000. Adapun kain songket ulos harganya bisa mencapai Rp 7,5 juta per helai. Berbagai kerajinan ulosnya bisa dijumpai di beberapa gerai di Mal Mangga Dua, Mal Ambassador, Taman Mini, dan Parapat. Dalam waktu dekat sebuah gerai di Bali akan dibuka.
Tapi, Martha bukan cuma berkiprah di kerajinan tangan ulos, melainkan juga di bisnis pengantin. Ada yang mengganjal di hatinya saat itu tentang pakaian pengantin adat Batak. “Saya enggak habis pikir, nenek moyang kita bertenun ulos tapi kenapa kalau kawin pakai songket daerah lain,” katanya.
Memang, ketika itu orang lebih memilih kain songket Palembang dengan alasan lebih murah dan lebih cerah warnanya. Atas dasar itulah Martha membuat kain ulos yang bisa dipakai sebagai pakaian pengantin Batak. “Mungkin saat ini belum banyak orang tahu kalau ada songket Batak,” katanya. Akhirnya bisnis Martha berkembang ke paket pernikahan lengkap, mulai dari penyewaan/penjualan baju, sovenir, make up, dekorasi, acara hiburan, hingga MC. Ia cukup fleksibel karena tak hanya melayani paket pernikahan adat Batak Toba, tapi juga adat Batak lainnya seperti Karo dan Simalungun, termasuk juga yang non-Kristen.
Dalam urusan MC, Martha melibatkan anaknya, Charles Bonar Sirait, yang dikenal sebagai presenter teve. Ia juga mengajak penyanyi terkenal seperti Tetty Manurung dan Victor Hutabarat. Harga paket pernikahan yang ditawarkan Martha, tak termasuk gedung dan katering, mulai dari Rp 20 juta-Rp 120 juta. Di samping pesta pernikahan, ia juga sering menerima order pesta ulang tahun marga dan pesta tahun baru. Tak kurang setiap bulan ada tiga order pesta. Soal pembayaran, Martha cukup streng: pembayaran harus lunas satu minggu sebelum pesta berlangsung. Khusus order paket pernikahan, menurut Martha, idealnya harus dipesan enam bulan sebelumnya. Sebab, untuk membuat tenunan yang eksklusif perlu waktu lama. Biasanya satu penenun dalam setahun hanya bisa menghasilkan tiga lembar tenunan.
Kesuksesan Martha selama puluhan tahun menggeluti bisnis ulos bukannya tanpa kendala. Sampai kini ia masih menghadapi kendala terbatasnya tenaga penenun. “Penenun tinggal orang-orang tua saja,” katanya. Jumlah penentun Martha Ulos saat ini ada 57 orang, tidak termasuk binaannya. Tapi, ia tak mau terganjal oleh masalah yang satu ini. Rencananya, Midian Sirait dan Martha akan membentuk yayasan yang menampung anak putus sekolah untuk dilatih membuat motif dan menenun ulos
Belis . Mas kawin , Sinamot.
horas horas horaes....!
Sinamot: Ima Upa Mangintubu.
Di adat batak hariapon umum, sinamot upa mangintubu na so marragi-ragi pauseang di halak na so tuk mangalehon dohot na so tuk manjalo ragi-ragi pauseang. Didok adat: “Ndang mangallang antajau na malamun ianggi so tuk haithaitna”
Dungi di adat batak ndang digoar boli manang tuhor badan sinamot i - upa mangintubu do didok pagodang-godangkon solamat ni boru i sahat na tu pamulion, ima umbahen adong hata i, upa ama, upa tulang, upa pariban, dll.
Di jaman parpudion marhata ‘boli dohot tuhor’ nama halak disinamot na jinalona. Gabe hasomalan hama hata i dibahen halak. ala nunga margabung bangso tu bangso dohot houm tu houm.
Ianggo T.Tiderman dohot J.C. Vergouven dihatidangkon do di buku na ‘boli dohot tuhor’ na songon boli-boli on dohot tuhor-tuhoran di onan!!. Alai ianggo adat sian bona ni adat, Sinamot upa mangintubu do.
Sinamot marharoroan sian hata “Pansamotan’, sian pansarian dohot gogo, sian sinamot (harta benda) na pinungka, sian na tinuhor dohot dondon, dll. ianggo songon arta pusaka, songon batu ni ruma, batu ni sopo, uma parbuntian dohot huta, ndang hea dilehon hala
k i gabe sinamot laho mangalap boru.
Asa ndada boli-bolian manang tuhor-tuhoran songon na di onan nian pardongan saripeon i di adat batak, tangkas dipangido sinamot manang panamotan sian pansarian manang na sian gogo na. Ai na sinari do horbo, lombu, hoda dohot pinahan lobu, na sinari do mas, perak dohot hepeng-ruji ruji. (source: Pustaha Tumbaha holing, hal 48, Raja Patik Tampubolon).
Jadi berdasarkan tulisan Raja Patik diatas, dapat diartikan bahwa Sinamot bukanlah “Boli atau Tuhor’, sepertinya istilah ini diperkenalkan oleh Non-batak. Sinamot menurut adat batak simbol(simbolik) atas penghargaan kita terhadap orang tua yaitu “Upah ibu yg melahirkan si boru”, dan upah disini bukan dalam arti harfiah yang sebenarnya gaji/balas jasa.
Banyak sekarang ini kita dengar mengenai sinamot diartikan oleh kebanyakan orang sebagai “Boli atau Tuhor” , Sadia tuhor na, sadia sinamot na? yg artinya bahwa si doli memberikan sinamot kepada pihak parboru sebagai uang Boli atau Tuhornya.Semoga tulisan ini dapat membeberikan pencerahan, apa itu sinamot dalam prosesi pernikahan adat batak.
Manusia Batak dan filsafahnya
horas horas horaes...>!

Porhalaan dan Falsafah Manusia Batak Atas Alam
KATA Batak acapkali dialamatkan ke suku yang tinggal di Sumatra Utara. Istilah ini merujuk ke beberapa suku yang lazim disebut Suku Karo, Pakpak-Dairi, Simalungun, Toba (termasuk Habinsaran, Silindung, Humbang, Uluan, dan Samosir), serta Angkola-Mandailing. Beberapa menyebutkan bahwa Batak adalah istilah untuk suku yang masih (tidak) memeluk agama Islam. Suku-suku di atas memiliki persamaan dari segi bahasa, sistem kekerabatan, keagamaan, dan kebudayaan.
Meskipun demikian, beberapa kajian mendalam akan berhasil mencermati karakter kuat perbedaaan antar suku. Akibat pengaruh-pengaruh agama yang datang dari luar, semakin langka dan sulit kita temui Agama Batak Asli yang masih dipraktikkan. Kini posisi agama asli itu digantikan dengan agama Kristen, Islam, Hindu, Buddha, dan Parmalim. Sekarang hanya Suku BatakToba yang menyebut diri sebagai Batak, sedangkan suku-suku lain menyebut dirinya sesuai dengan nama suku seperti tertulis di atas.
Kalender Batak(Porhalaan) yang dibahas ini saya dapatkan di Pulau Samosir pada 1995 silam. Akan tetapi, bukan berarti di daerah lain sekitar SumateraUtara kalender tidak bisa ditemui. Ini disebabkan kalender ini (yang beragam bentuknya) telah menjadi bagian dari industri kerajinan di Sumatra Utara secara umum sebagai sebuah souvenir untuk turis. Bentuk kalender ini dibandingkan kalender lain lebih sederhana, namun memiliki keunikan tersendiri, terutama penahan ruas bambu pada kalender ini terbuat dari tulang iga babi.
Tulang babi tersebut memiliki dua sisi, pada pertama sisi tertoreh aksara dan simbol lingkaran, seperti simbol matahari. Sisi kedua tertoreh simbol binatang berekor, bergerigi, bercapit. Binatang itu adalah bentuk sederhana kalajengking (hala). Meski dijual sebagai souvenir, bentuk dan citraan kalender ini tidak mengurangi representasi kultur Batak sebagai sesuatu yang banal. Dengan kata lain, “aura” etnik Batak atau “aura artefak primitivisme” etnik Batak masih bisa kita rasakan.
Seloroh seorang teman, “kualitas primitif” pada kalender tersebut masih terasa kental.
Meski demikian, kalender/penanggalan Batak tidaklah semata artefak fisik budaya karena ia lebih sebuah refleksi pengetahuan untuk penyelenggaraan kebudayaan Batak. Berbeda dengan ulos, rumah adat, kuburan tua Batak, kalender atau penanggalan ini adalah manifestasi kesadaran orang Batak terhadap fenomena alam, perbintangan, gerak matahari, perjalanan bulan yang mengelilingi bumi.
Kalender Batak dengan demikian merupakan salah satu ilmu di antara ilmu, seperti Tamba tua, Dorma, Parpangiron, Porsili, Pamapai ulu-ulu, yang dihasilkan orang Batak, terutama untuk melangsungkan budaya dan kepercayaannya. Keseluruhan ilmu yang dihasilkan orang Batak sering diistilahkan sebagai pustaha (buku kulit kayu) yang berisikan pegangan bagi para datuk atau guru, yaitu para ahli ilmu gaib (dukun?).
Penanggalan Batak adalah bagian dari isi pustaha. Adapun pustaha Batak berisikan antara lain 3 bagian besar ilmu: ilmu yang menyambung hidup, Ilmu yang menghancurkan hidup, dan ilmu nujum.
Dengan ukuran yang bervariasi, kalender Batak atau porhalaan biasanya terdiri dari 12 ruas bambu yang juga berarti 12 bulan dan setiap ruas memuat masing-masing 30 hari. Namun, ada juga porhalaan yang terdiri atas 13 ruas. Ruas bambu pertama terletak dipinggir kanan dan ruas bambu ke-dua belas terletak di pinggir kiri. Hal ini dapat lihat dari torehan angka urut 1-12 dari kiri ke kanan. Pada prinsipnya, kalender tersebut tidak pernah dipakai untuk penanggalan melainkan ditujukan untuk meramal hari baik yang disebut panjujuron ari.
Karena porhalaan didasarkan pengitaran bulan mengelilingi bumi, satu tahun terdiri atas 12 bulan, masing-masing 30 hari sehingga keseluruhan hari berjumlah 360 hari.
Pada diagram porhalaan yang tertoreh di atas permukaan ruas bambu, tampak 12 atau 13 bulan dengan masing-masing batasan hari dengan garis melintang dan membujur. Selain itu, tampak pula beberapa garis sudut menyudut yang masing-masing berpangkal pada hari ke-7, ke-14, ke-21, dan ke-28 di bulan purnama. Pada bulan kedua, hari yang kena garis diagonal tersebut adalah hari ke-6, ke-13, dan seterusnya. Hari-hari ini dikenal sebagai Ari na pitu - hari-hari yang ketujuh yang harus dihindarkan jika ingin memulai suatu pekerjaaan yang baru.
Selain Ari na pitu tersebut, terdapat gambar kalajengking (hala) yang telah tersebut di atas. Pada hari yang ditempati kepala, badan, atau ekor menandakan tidak diperbolehkannya upacara apa pun dilakukan. Hari-hari yang lain ditandai dengan bermacam-macam lambang yang tidak selalu seragam. Hari yang baik biasanya ditandai dengan sebuah titik yang melambangkan butir padi, sedangkan hari yang tidak menentu ditandai dengan tanda silang. Hari-hari yang lain biasanya kurang menguntungkan.Beberapa hari juga ditandai dengan huruf.
Pada porhalaan Batak, hari yang ditandai /ha/, /na/, /ta/, dan /o/adalah hari baik, huruf /ra/ menandai hari yang dapat diragukan, sedangkan huruf /pa/, /sa/, /la/, /nga/, /ngu/, /hu/, dan /ba/ menandai hari yang buruk. Catatan: tulisan ini memang tidak menyediakan tabel aksara Batak mengingat panjangnya aksara tersebut jika dituliskan.
Banyak kegiatan yang mengandalkan porhalaan seperti menentukan saat persemaian, waktu panen, hari perkawinan, mendirikan rumah, atau memasuki rumah baru, mengadakan perjalanan, berperang, dll.
Porhalaan dan falsafah gaib Batak
Dengan membaca porhalaan, setidaknya kita temui prinsip Batak yang disebut Dalihan Natolu yang secara bahasa berarti ’satuan tungku tempat memasak yang terdiri dari tiga batu’. Pada zamannya, masyarakat Batak punya kebiasaan memasak di atas tiga tumpukan batu, dengan bahan bakar kayu. Tiga tungku itu dalam bahasa Batak disebut dalihan. Falsafah dalihan natolu paopat sihal-sihal dimaknakan sebagai kebersamaan yang cukup adil dalam kehidupan masyarakat Batak.
Tungku merupakan bagian peralatan rumah yang sangat vital. Karena menyangkut kebutuhan hidup anggota keluarga, digunakan untuk memasak makanan dan minuman yang terkait dengan kebutuhan untuk hidup. Dalam praktiknya, kalau memasak di atas dalihan natolu, kadang-kadang ada ketimpangan karena bentuk batu ataupun bentuk periuk. Untuk menyejajarkannya, digunakan benda lain untuk mengganjal. Dalam bahasaBatak, benda itu disebut sihal-sihal. Jika letaknya sudah tepat, memasak bisa dilakukan.
Masyarakat Batak mengenal umpasa: “Ompunta naparjolo martungkot sialagundi. Adat napinungka ni naparjolo sipaihut-ihuton ni na parpudi”, Umpasa (pantun, puisi, aforisme?) itu sangat relevan dengan falsafah dalihan natolu paopat sihal-sihal sebagai sumber hukum adat Batak. Di sisi lain, masyarakat Batak juga mengenal umpama (pepatah).Beda umpasa dan umpama bisa disarikan sebagai berikut:
- Umpama dan Umpasa sering punya sampiran.- Umpama dan Umpasa dapat dibedakan berdasarkan isi- Umpama dapat dikatakan bersifat “statis”, sedangkan umpasa bersifat “dinamis”.- Umpama merupakan kiasan (dari berbagai umpama sebagai besar menggunakan kata songon, artinya: seperti, ibarat, dan istilah lain yang sejenis.- di antara sebagian umpasa berisi puisi yang memiliki makna yang dalam.Itulah tiga falsafah hukum adat Batak akan menjadi pedoman dalam kehidupan sosial yang lestari dalam tatanan adat sejak seseorang lahir sampai meninggal dunia.
Kembali ke porhalaan, telah tertulis di atas bahwa porhalaan merepresentasikan cara pandang “pembagian tiga”, yakni hari baik, hari buruk, dan wilayah antara yaitu hari yang ragu. Cara pandang trikotomis (dalihan natolu) pada gilirannya merupakan refleksi sistemkepercayaan/ falsafah Batak terhadap alam kosmis.
Karena porhalaan merupakan pijakan penting untuk menentukan berbagai acara adat, dengan sendirinya termaktub pula sistem-sistem kepercayaan lain sehubungan dengan kaitan antara laki-laki-wanita, dominasi gender, keutamaan hierarki. Di saat bersamaan menggandeng pula wacana keharmonisan yang terletak di antara cara pandang dualistik.
Meski di masa sekarang porhalaan jarang dipergunakan, sebagai refleksi astronomi masyarakat Batak, pengetahuan untuk memahami dunia luar dengan dunia dalam atau dunia atas dengan dunia bawah adalah kekayaan khazanah ilmu pengetahuan lokal yang penting. Tidak saja untuk kepentingan analisis ontologis, tetapi terkait pula dengan epistemi masyarakat Batak. Mungkin perlu dicatat bahwa kelompok Batak yang masihmenggunakan kalender ini adalah kelompok Parmalim. Parmalim adalah aliran kepercayaan yang berdasar pada agama leluhur Batak.
Jika kebudayaan Indonesia secara umum adalah “kebudayaan muda”, perlu penelitian lebih lanjut kaitan-kaitan porhalaan ini dengan numerologi (peramalan berdasarkan angka-angka yang dikaitkan dengan alfabet). Seperti juga astrologi (ramalan berdasarkan bintang-bintang tertentu), numerologi berkembang di Sumeria, ke Mesir, ke Babilonia, lalu ke Persia yang terkait dengan penyembahan roh-roh halus, sihir, tenung, teluh.
Kaitan ini bisa mungkin mengingat ajaran Zoroaster ( cabang kepercayaan Qabala yang menyebar ke Persia ) yang praktiknya menekankan pada sihir, ramalan-ramalan, dan penyembahan kepada Iblis. Kaum inilah lalu menyembah matahari sebagai perlambang Lucifer, Kepercayaan ini bertahan sampai ditaklukan Islam pada 651 Masehi.
Pamangan jolma pemakan manusia

horas horas horaes,,,...!
Ungkapan orang Batak makan orang dulu sering diucapkan untuk mengejek. “Batak berekor” mungkin juga berkaitan dengannya, karena mamalia dan karnivora yang makan daging ternyata berekor! Anehnya, orang Batak sendiri agaknya tidak merasa terhina dengan ejekan itu, malah mengambil manfaat dan mempergunakannya untuk menakut-nakuti. Betulkah orang Batak makan daging manusia, kanibal dan antropofagi ?? Darimana asal usul ungkapan “Orang Batak makan orang ?”
Mari kita telusuri. Sampai saat ini catatan yang paling tua yang bisa kita temukan adalah tulisan William Marsden dalam buku History of Sumatra. Marsden menulis berdasarkan catatan yang dibuat oleh Gilles Holloway, residen penguasa Inggris yang berpangkalan di pulau Poncan Ketek tidak jauh dari Sibolga sekarang. Tahun 1772 Holloway dan seorang ahli botani Charles Miller melakukan perjalanan ke daerah pedalaman, yang mereka sebut “Batta Country” (Negeri Batak). Mereka ingin mencari kayumanis dan meneliti geografi. Setelah perjalanan menyusuri sungai Pinang Sori ke hulu mereka tiba di suatu desa dan disambut baik oleh raja setempat. Rombongan pendatang dijamu oleh tetua dan warga.Dicatat Miller “…in the sapiyau (sopo = lumbung padi) in which raja receives stranger we saw a man’s skull hang up, which he told us was hung there as a trophy, it being the skull of an enemy they had taken prisoner, whose body (according to the custom of the Battas) they had eaten about two months before…” Tengkorak yang dilihat Miller digantung di ‘sopo’ adalah tengkorak musuh yang dibunuh. Tetapi pemandu yang menemani Miller menambahkan bumbu bahwa dagingnya sudah dimakan dua bulan lalu. Dia mau menakut-nakuti Miller dan rombongan. Selanjutnya cerita Miller ini ditambah-tambahi lagi oleh para penulis Barat kemudian.Tahun 1834 Munson dan Lyman, dua misionaris Amerika tewas dibunuh di cegat penduduk di Lobu Pining, Silindung. Peristiwa ini terjadi karena ada ke salah-pahaman. Seorang ibu secara tidak sengaja tertembak oleh pengiring dalam rombongan. Penduduk lalu mencegat dan membalas. Dalam perjalanan sebelumnya kedua misionaris selalu disambut ramah dan di jamu disetiap kampung. Tetapi oleh Belanda, yang sedang merencanakan ekspansi ke tanah Batak memberi banyak bumbu cerita yang menyeramkan.Seorang eksentrik ahli bahasa, Van der Tuuk, diutus oleh Perkumpulan Alkitab Belanda ke tanah Batak untuk mempelajari bahasa Batak. Posnya ada di Barus. Tahun 1853 dia berhasil masuk ke jantung tanah Batak – ke Bakkara – pusat kekuasaan lembaga Singamangaraja. Cuma hanya beberapa hari tinggal di Bakkara karena warga mulai mecurigai tindak tanduknya. Warga mengusirnya. Van der Tuuk membuat lagi catatan perjalanan dan mengatakan “nyaris dimakan” penduduk. Hal yang lazim, untuk menunjukkan keberaniannya kepada badan zending.Bahan-bahan diatas disebarluaskan sedemikian rupa. Tujuannya untuk dipakai sebagai pembenaran ekspansi. Pemerintah kolonial dan badan zending punya landasan kuat untuk segera memulai pekerjaan “menyebarkan peradaban” dan “mempertobatkan” orang Batak. Maka meluas cerita orang Batak makan orang.
Who is batak people.
Horas Horas horaes....!
Siapakah Orang Batak Itu?
Ada yang bilang orang Batak bersaudara dengan orang Filipina dan Thailand. Ada
pula yang mengatakan bahwa orang Batak berasal dari India. Atau, orang Batak
hampir sama dengan orang Toraja.
Banyak versi yang mengira-ngira, siapa dan dari mana orang Batak itu berasal.
Versi sejarah mengatakan, si Raja Batak dan rombongannya datang dari Thailand,
terus ke Semenanjung Malaysia, lalu menyeberang ke Sumatera dan menghuni
Sianjur Mula Mula, lebih kurang 8 km arah Barat Kota Pangururan, ibu kota
Kabupaten Samosir, di pinggiran Danau Toba.
Versi lain mengatakan, orang Batak datang dari India melalui Barus atau dari 
Alas Gayo, berkelana ke Selatan hingga bermukim di pinggir Danau Toba.
Diperkirakan, si Raja Batak hidup sekitar tahun 1200 (awal abad ke-13). Raja
Sisingamangaraja XII salah satu keturunan si Raja Batak yang merupakan generasi
ke-19 (wafat 1907), maka anaknya bernama si Raja Buntal adalah generasi ke-20.
Batu bertulis (prasasti) di Portibi bertahun 1208 yang dibaca Prof
Nilakantisasri (Guru Besar Purbakala dari Madras, India) menjelaskan bahwa pada
tahun 1024 kerajaan Cola dari India menyerang Sriwijaya yang menyebabkan
bermukimnya 1.500 orang Tamil di Barus.
Pada tahun 1275, Mojopahit menyerang Sriwijaya, hingga menguasai daerah Pane,
Haru, Padang Lawas. Sekitar tahun 1400, kerajaan Nakur berkuasa di sebelah
timur Danau Toba, Tanah Karo dan sebagian Aceh.
Dengan memperhatikan tahun dan kejadian di atas, diperkirakan si Raja Batak
adalah seorang aktivis kerajaan dari Timur Danau Toba (Simalungun sekarang),
dari selatan Danau Toba (Portibi), atau dari barat Danau Toba (Barus), yang
mengungsi ke pedalaman akibat terjadi konflik dengan orang-orang Tamil di Barus.
Akibat serangan Mojopahit ke Sriwijaya, si Raja Batak yang ketika itu pejabat
Sriwijaya, ditempatkan di Portibi, Padang Lawas, dan sebelah timur Danau Toba
(Simalungun)
Sebutan Raja kepada si Raja Batak diberikan oleh keturunannya karena
penghormatan, bukan karena rakyat menghamba kepadanya. Demikian halnya
keturunan si Raja Batak, seperti Si Raja Lontung, Si Raja Borbor, Si Raja Oloan
dan sebagainya, meskipun tidak memiliki wilayah kerajaan dan rakyat yang
diperintah.
Selanjutnya menurut buku Leluhur marga-marga Batak, dalam silsilah dan legenda,
yang ditulis Drs Richard Sinaga, Tarombo Borbor Marsada anak si Raja Batak ada
tiga orang, yaitu Guru Teteabulan, Raja Isombaon, dan Toga Laut. Dari ketiga
orang inilah dipercaya terbentuknya marga-marga Batak.
Di antara masyarakat Batak, ada yang mungkin setuju bahwa asal-usul orang Batak
dari negeri yang berbeda, tentu masih sangat masuk akal. Siapa yang bisa
menyangkal bahwa Si Raja Batak yang pada suatu ketika antara tahun 950-1250
Masehi muncul di Pusuk Buhit, adalah asli leluhur Orang Batak?
Sejak zaman dulu, orang Batak memang perantau ulung. Di Sumatera Utara saja
banyak orang Batak yang bermukim di daerah Asahan, Labuhan Batu. Mereka sejak
lama telah menghapus marganya kemungkinan karena kebiasaan mereka setelah
memeluk agama Islam.
Bahkan, di daerah Langkat ditemukan penduduk bermarga seperti Gerning, Lambosa,
Ujung Pinayungan, Berastempu, Sibayang, Kinayam, Merangin angin, dan lain-lain
yang konon merupakan kelompok marga Malau (WM Hutagalung, Pustaha Batak, Tulus
Jaya, hal 58).
Konon menurut cerita, istri Raja Langkat berasal dari kelompok Marga tersebut.
Batak apa pula mereka kita namakan?
Mungkin, banyak literatur tersimpan di Negeri Belanda sana yang belum
mengungkap bagaimana sesungguhnya pluralisme di Tanah Batak. Namun, dengan
kacamata nasional, kita melihat bahwa Indonesia sangat kaya dengan adat dan
budaya daerah, salah satunya adalah adat dan budaya Batak.
Filosofi Dalihan Natolu
Sistem kekerabatan orang Batak menempatkan posisi seseorang secara pasti sejak
dilahirkan hingga meninggal, yakni dalam tiga posisi yang disebut Dalihan
Natolu (Bahasa Batak Toba). Di Simalungun disebut Tolu Sahundulan.
Dalihan dapat diterjemahkan sebagai tungku dan hundulan (tempat duduk) sebagai
"posisi duduk". Keduanya mengandung arti yang sama, yakni tiga posisi penting
dalam kekerabatan orang Batak, yaitu pertama, hula-hula atau Tondong, yaitu
kelompok orang-orang yang posisinya "di atas", yaitu keluarga marga pihak istri
sehingga disebut Somba-somba.
"Somba marhula-hula" berarti harus hormat kepada keluarga pihak istri agar
memperoleh keselamatan dan kesejahteraan.
Kedua, Dongan Tubu atau Sanina, yaitu kelompok orang yang posisinya "sejajar",
yaitu teman/saudara semarga. Manat mardongan tubu artinya menjaga persaudaraan
agar terhindar dari perseteruan.
Ketiga, Boru yaitu kelompok orang yang posisinya "di bawah", yaitu saudara
perempuan kita dan pihak marga suaminya, keluarga perempuan pihak ayah. Dalam
kehidupan sehari hari kita harus elek marboru, artinya agar selalu saling
mengasihi supaya mendapat berkat.
Dalihan Natolu bukanlah kasta karena setiap orang Batak memiliki ketiga posisi
tersebut. Ada saatnya menjadi hula-hula/tondong, ada saatnya menempati posisi
dongan tubu/sanina dan ada saatnya menjadi boru. Dengan Dalihan Natolu, adat
Batak tidak memandang posisi seseorang berdasarkan pangkat, harta, atau status.
Menengok Cerita dari Tanah Batak

Horas horas horaes......?
Konon berdasarkan kepercayaan masyarakat Batak dari bukit inilah untuk pertama sekalinya pencipta alam semesta menampakkan diri, yang dinamakan oleh orang Batak dengan sebutan Mula Jadinabolon. Sehingga wajar kalau sampai sekarang kawasan ini masih keramat dan dijadikan salah satu kawasan tujuan wisata sejarah.Memang membincangkan potensi wisata Toba Samosir tampaknya tidak akan pernah merasa puas, apalagi jika perjalanan itu baru pertama kalinya. Hal ini wajar karena potensi yang mereka miliki memang sangat kaya terutama soal keindahan alam. Apalagi dipadukan dengan cerita sejarah, boleh dibilang daerah ini adalah salah satu lumbung dari cerita sejarah yang bisa menemani perjalanan wisata Anda. Dari sekian banyak yang bisa dinikmati misalnya Batu Hobon, Sopo Guru Tatea Bulan, Perkampungan Siraja Batak, Pusuk Buhit, dan lainnya. Dari atas perbukitan ini, sebagai wisatawan yang baru pertama berkunjung ke sana pastilah akan tertegun sejenak. Karena selain panorama yang disajikan memang sangat indah, kita juga bisa melihat secara leluasa sebahagian besar kawasan perairan Danau Toba sekaligus Pulau Samosirnya. Selain itu dari lereng perbukitan tersebut pengunjung yang datang bisa juga menikmati panorama perkampungan yang berada di antara lembah-lembah perbukitan seperti perkampungan Sagala, Perkampungan Hutaginjang yang membentang luas.Selain pemandangan ini, wisatawan yang pernah datang ke sana tentunya akan melihat dan mendengar gemercik aliran air terjun yang berada persis di perbukitan berdekatan dengan perkampungan Sagala. Masih dari lereng bukit yang jalannya berkelok-kelok tetapi sudah beraspal dengan lebar berkisar 4 meter, pengunjung juga bisa memperhatikan kegiatan pertanian yang dikerjakan oleh masyarakat sekitarnya. Malah yang lebih asyik lagi adalah menikmati matahari yang akan terbenam dari celah bukit dengan hutan pinusnya.Untuk mencapai puncak bukit tersebut, pengunjung bisa menggunakan bus roda empat maupun kenderaan roda dua. Namun bus yang dipergunakan tidak bisa sampai di puncak sehingga harus berjalan kaki berkisar 500 meter dari titik akhir parkir kenderaan yang berada di Desa Huta Ginjang, Kecamatan Sianjur Mula-Mula. Namun demikian sikap waspada harus tetap dipasang, karena memang jalan yang berkelok-kelok tersebut di kanan dan kirinya selalu ada jurang yang terjal. Selain itu sebelum menuju Pusuk Bukit, dari kawasan Pangururan pengunjung bisa menikmati secara utuh pemandangan bukit dengan latar depan air Danau Toba.Sementara itu, satu paket dengan perjalan menuju ke puncak Pusuk Buhit pengunjung juga bisa menikmati apa yang disebut dengan sumur tujuh rasa. Disebut sumur tujuh rasa karena memang sumur ini memiliki tujuh pancuran yang memiliki rasa air yang berbeda-beda. Bagi masyarakat sekitar Sumur Tujuh Rasa tersebut sehari-harinya dipergunakan sebagai sumber utama air bersih. Sehingga tidak mengherankan kalau wisatawan datang, banyak masyarakat yang menggunakan air yang berada di sana. Sumur Tujuh Rasa sebenarnya berada di Desa Sipitudai satu kecamatan dengan perbukitan Pusuk Buhit yaitu Sianjur Mula-Mula. Kalau kita mencoba untuk merasakan ketujuh air mancur yang ada, maka dari sumber air mancur itu akan kita rasakan air yang terasa: asin, tawar, asam, kesat serta rasa yang lainnya. Sementara berdasarkan keterangan masyarakat setempat, sumber air yang mancur itu keluar dari mata air yang berada di bawah Pohon Beringin. Memang di bawah lokasi Sumut Tujuh Tersebut tumbuh besar pohon beringin yang sangat rindang dan membuat teduh sekitar lokasi sumur.Keberadaan Sumur Tujuh Rasa ini sebenarnya sudah lama seiring dengan keberadaan masyarakat perkampungan Sipitudai. Masyarakat sekitar mempercayai kalau keberadaan sumur ini tidak terlepas dari cerita raja Batak yang berada di lokasi tersebut. Kalau cerita muncur ke belakang, maka masyarakat menyebutkan bahwa dulu diperkampungan ini ada kerajaan. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, mandi serta lainnya mereka mengandalkan sumber air ini. Cerita ini mungkin ada benarnya, sebab kalau kita amati secara teliti di lokasi yang telah disekat dengan tembok beton oleh masyarakat sekitar akan kita temukan peniggalan seperti batu cucian dari batu alam, lubang-lubang untuk permainan congkak. Jadi, masyarakat yang ada memang mempercayai kalau sumur ini masih keramat dan menjadi salah satu objek yang sering dikunjungi wisatawan yang datang. Hanya satu catatan yang penting untuk lokasi ini adalah masalah penataan dan kebersihan yang memang belum memasyarakat. Tentunya kondisi ini menjadi catatan tersendiri bagi pemda dan masyarakat untuk melakukan penaaan yang lebih baik lagi.Setelah bergerak menyusuri jalanan yang ada berkisar,maka wisatawan yang berkunjung akan menemukan satu lokasi yang keramat yang disebut lokasi Batu Hobon, Sopo Guru Tatean Bulan atau Rumah Guru Tatea Bulan serta perkampungan Siraja Batak yang lokasinya tidak berjauhan. Dan bila kita tarik garis lurus, maka posisi ketiga lokasi yang masih dianggap keramat ini persis lurus dari satu perbukitan ke perbukitan yang berada di bawahnya. Ketika berada di Sopo Guru Tatea Bulan akan ditemukan patung-patung Siraja Batak dengan keturunannya. Di rumah dengan desain khas masyarakat batak ini juga akan ditemukan patung-patung sebagai penjaga rumah seperti gajah, macan, kuda. Sementara rumah yang berdiri di atas bukit ini didesain dari kayu dan tangga dari batu tetapi atapnya tetap terbuat dari ijuk. Namun yang lebih penting lagi adalah ketika ingin masuk dan memperhatikan lebih detail lagi seluk rumah ini, maka Anda harus melepaskan sandal maupun sepatu. Secara lebih detail di Sopo Guru Tatea Bulan akan kita temukan patung-patung keturunan Siraja Batak, seperti Patung 1.000 raja sepasang dengan istrinya, Patung keturunan Limbong Mulana, Patung Segala Raja serta Patung Silau Raja. Berdasarkan kepercayaan masyarakat Batak marga-marga yang ada sekarang ini berasal dari keturunan Siraja Batak. Selain itu keberadaan rumah ini juga telah diresmikan oleh DewanPengurus Pusat Punguan Pomparan Guru Tate Bulan tahun 1995 yang lalu. Artinya ketika kita berada di sana akan ditemukan juga penjaga yang akan menjelaskan keberadaan patung yang berada di Sopo Guru Tatea Bulan serta sejarah ringkasnya.Sejalan dengan legenda itu, pengunjung juga akan menikmati Batu Hobo yang konon menurut cerita merupakan lokasi yang dijadikan penyimpanan harta oleh Siraja Batak. Batu ini berada perbukitan yang lebih rendah lagi dari Sopo Guru Tatea Bulan berdekatan dengan perkampungan masyarakat. berdasarkan sejarah Batu Hobon ini tidak bisa dipecahkan, tetapi kalau dipukul seperti ada ruangan di bawahnya. Namun sampai sekarang tidak bisa dibuka walaupun dilakukan dengan peledakan mortir. Selanjutnya untuk melengkapkan referensi tentang sejarah Sopo Guru Tatea Bulan, maka akan ditemukan perkampungan Siraja Batak. Lokasi perkampungan ini berada di perbukitan yang berada di atasnya dengan jarak yang tidak terlalu jauh sekali berkisar 500 meter. Untuk kelengkapan perjalanan menuju Pusuk Buhit setidaknya harus berhenti sejenak di atas perbukitan yang berada di Desa Huta Ginjang. Mengapa? Karena dari lokasi ini akan terlihat jelas Pulau Tulas yang berdampingan dengan Pulau Samosir. Pulau Tulas itu sendiri tidak memiliki penghuni tetapi ditumbuhi dengan semak belukar dan hidup berbagai hewan liar lainnya. Sudah lengkapkah perjalanan wisata kita! Tentulah belum, sebab untuk mengakhirinya kita harus berada di puncak Pusuk Buhit. Setidaknya untuk mendapatkan dan merasakan semilir angin sejuk di puncaknya sambil memandang panorama Danau Toba sesungguhnya. Sedangkan untuk menghilangkan keletihan dan mengambil semangat baru, pengunjung bisa menikmati air hangat setelah turun persis berada di kakai Pusuk Buhit bernama pemandian Aek Rangat yang berada di Desa Sihobung Hobungi. Setidaknya rasa lela dan semangat baru kembali datang
Dalihan na tolu
Dalihan Na Tolu II Salah satu contoh adat istiadat batak adalah "Dalihan Natolu". "Dalihan Natolu" ini melambangkan sikap hidup orang batak dalam bermasyarakat. "Dalihan Natolu" yaitu:
Marsomba tu Hula-Hula. "Hula-Hula" adalah Orang tua dari wanita yang dinikahi oleh seorang pria, namun hula-hula ini dapat diartikan secara luas. Semua saudara dari pihak wanita yang dinikahi oleh seorang pria dapat disebut hula-hula. Marsomba tu hula-hula artinya seorang pria harus menghormati keluarga pihak istrinya.
Elek Marboru. Boru adalah anak perempuan dari suatu marga, misalnya boru gultom adalah anak perempuan dari marga Gultom. Dalam arti luas, istilah boru ini bukan berarti anak perempuan dari satu keluarga saja, tetapi dari marga tersebut. Elek marboru artinya harus dapat merangkul boru.Hal ini melambangkan kedudukan seorang wanita didalam lingkungan marganya.
Manat Mardongan Tubu. Dongan Tubu adalah saudara-saudara semarga. Manat Mardongan Tubu melambangkan hubungan dengan saudara-saudara semarga.
Dalihan Na Tolu ini menjadi pedoman hidup orang Batak dalam kehidupan bermasyarakat. Contoh lain adalah adat "Mangulosi" dalam pesta perkawinan orang Batak. Apakah artinya? Mangulosi ini adalah menyelimutkan ulos kepada kedua mempelai yang melambangkan pemberian restu orang tua kepada anaknya. Jika ditelaah lebih dalam, seni budaya batak yang sudah dipakai sejak ratusan tahun yang lalu itu banyak mengandung segi positifnya. Namun ada beberapa hal negatif dari budaya batak yang harus kita tinggalkan, misalnya budaya banyak bicara sedikit bekerja. Memang orang batak terkenal pintar berbicara. Hal ini terlihat dari banyaknya pengacara-pengacara batak yang sukses. Akan tetapi kepintaran berbicara ini sering disalahgunakan untuk membolak-balikan fakta. Yang hitam bisa jadi putih dan yang putih bisa jadi hitam ditangan pengacara batak (walaupun tidak semua). Hal lain yang negatif adalah budaya
"HoTeL". HoTeL adalah singkatan dari:
Hosom yang artinya dendam. Konon orang batak suka mendendam sesama saudara
Teal yang artinya sombong, yang dapat terlihat dari cara bicara, sikap hidup, dll.
Late yang artinya Iri Hati.Apakah HoTeL ini hanya ada pada orang Batak saja? Kita sebagai generasi muda harus dapat mempertahankan budaya yang positif dan meninggalkan yang negatif.
Mitologi batak

Horas horas horaes...!?
Mitologi Batak adalah kepercayaan tradisional akan dewa-dewi yang dianut oleh orang batak Agama Batak tradisional sudah hampir menghilang pada saat ini, begitu juga dengan mitologi Batak. Kepercayaan Batak tradisional terbentuk sebelum datangnya agama islam dan Kristen oleh dua unsur yaitu megalitik kuno dan unsur Hindu yang membentuk kebudayaan Batak. Pengaruh dari India dapat terlihat dari elemen-elemen kepercayaan seperti asal-usul dunia, mitos penciptaan, keberadaan jiwa serta bahwa jiwa tetap ada meskipun orang telah meninggal dan sebagainya.
Dalam mitologi Batak dunia dapat dibagi menjadi tiga tingkat yaitu dunia atas, yang disebut Banua Ginjang dunia tengah, yang disebut Banua Tonga dan dunia bawah tanah yang disebut Banua Toru Dunia tengah, tempat manusia hidup, juga merupakan perantara antara dunia atas dan dunia bawah tanah. Dunia atas adalah tempat tinggal para dewata sedangkan dunia bawah tanah adalah tempat tinggal setan serta roh-roh bumi dan kesuburan. Warna yang sering digunakan orang Batak baik bagi peralatan rumah tangga, Hauduk kain Ulos dan ukiran kayu adalah putih, merah dan hitam merupakan simbol dari tiga dunia ini.
Pencipta dunia dalam mitologi Batak adalah Mulajadi na Bolon (atau Debata Mulajad Nabolon). Dia dibantu dengan sederetan dewa-dewi lainnya, yang dapat dibagi menjadi tujuh tingkat dalam dunia atas. Anak-anaknya merupakan tiga dewata bernama Batara Guru Soripada dan Mangala Bulan Ketiganya dikenal sebagai kesatuan dengan nama Debata Sitolu Sada (tiga dewa dalam satu) atau Debata na Tolu (tiga dewata). Dalam urut-urutan dewata mereke berada di bawah Mulajadi na Bolon. Diceritakan pula bahwa Mulajadi na Bolon telah mengirim putrinya Tapionda ke bumi ke kaki gunung Pusuk Buhit Tapionda kemudian menjadi ibu raja yang pertama di Batak.
Dewa lain yang penting adalah Debata Idup (dewa kehidupan) dan Pane na Bolon yang memimpin dunia tengah. Banyak dewa-dewi lain yang juga masih sekerabat dengan dewa-dewi Hindu di India. Antara lain Boraspati ni Nato dan Boru Saniang Naga Selain itu juga ada roh -roh yang mendiami danau, sungai dan gunung. Dalam kepercayaan animisme Batak tradisional, semua dewa-dewi ini masih dipercayai disamping roh-roh dan jiwa leluhur (Begu).
Marga batak
Horas horas horeasOrang Batak mempunyai nama marga/keluarga yang biasanya dicantumkan di-akhir namanya. Nama marga ini diperoleh dari garis keturunan ayah (patrilinear) yang selanjutnya akan diteruskan kepada keturunannya secara terus menerus.Menurut kepercayaan masyarakat Batak Toba, Induk Marga Batak dimulai dari Si Raja Batak yang diyakini sebagai asal mula orang Batak. Si Raja Batak mempunyai 2 (dua) orang putra yakni Guru Tatean Bulan & Si Raja Isumbaon. Guru Tatean Bulan sendiri mempunyai 4 (empat) orang putra yakni Saribu Raja, Limbong Mulana, Sagala Raja & Malau Raja. Sementara Si Raja Isumbaon mempunyai 3 (tiga) orang putra yakni Tuan Sorimangaraja , Si Raja Asiasi & Sangkar Somalidang .Sedangkan suku batak lainnya mempunyai pendapat yang berbeda-beda tentang asal muasal suku batak. Masyarakat Batak yang tinggal di kawasan sebelah Selatan dari Provinsi Sumatra Utara, Mandailing dan Angkola, kurang sepaham dengan ragam pendapat tentang budaya Batak yang biasanya dianut dan diyakini (bersumber) dari masyarakat Batak yang tinggal di kawasan Utara dan Tengah dari Provinsi Sumatra Utara.Masyarakat Batak (Mandailing dan Angkola), dominan menganut agama Islam, sehingga menolak mengakui asal-usul Batak dari Si Raja Batak. Pengakuan tentang SI Raja Batak tidak memiliki indikator atau bukti-bukti yang sah. Karena, keberadaan kerajaan sebagai wilayah pemerintahan tidak jelas hingga sekarang. Di Sumatra Utara, peninggalan-peninggalan sejarah kerajaan justru sangat kuat diwariskan oleh pengaruh Melayu (Islam)Logikanya, bagaimana Si Raja Batak dapat menjadi asal mula orang Batak? Pertanyaan ini masih perlu dijawab para antropolog.Dari keturunan (pinompar) mereka inilah kemudian bermunculan berbagai macam marga yang saking banyaknya sampai sekarang belum bisa dipastikan jumlahnya.
Tidak ada pengklasifikasian tertentu atas jenis-jenis marga ini namun biasanya sering disangkutpautkan dengan rumpunnya sebagaimana Bahasa Batak . Misal: Nasution adalah marga Batak Mandailing , Hutasuhut adalah marga Batak Angkola, Silaban adalah marga Batak Toba , Purba adalah marga Batak Simalungun, Ginting adalah marga Batak Karo , dan seterusnya.
Semua marga ini dapat dilihat kedudukan dari Si Raja Batak Di bawah ini adalah daftar nama marga orang Batak.
A
Ajartambun, Akarbejadi, Ambarita, Angkat, Aritonang, Aruan
B
Bako, Banjarnahor, Banuarea, Barasa, Bagariang, Bakkara, Bangun, Barus, Barutu, Batubara, Butarbutar, Bukit, Brahmana , Bancin, BC
Capah, Cibero
D
Damanik, Dalimunthe, Debataraja, Daulay, Doloksaribu, Depari
G
Ginting, Girsang, Gultom, Gurning, Gurusinga
H
Harianja, Harahap, Hasibuan, Hasugian, Hotmatua, Hutabarat, Hutagaol, Hutahaean, Hutajulu, Hutasoit, Hutapea, Hutasuhut, Hutauruk, HutagalungK
Kaban, Kacaribu, Kacinambun, Karokaro, Kasilan, Keloko, Kembaren, Ketaren,Kudadiri, Karo, Karosekali, Kombara
L
Limbong, Lingga, Lubis, Lumbanbatu [1], Lumbangaol, Lumbannahor, Lumbanpea, Lumbanraja, Lumbansiantar, Lumban Tobing[2], Lumbantoruan [3], Lumbantungkup
M
Malau, Manalu, Manik, Manullang, Manurung, Marbun, Marbun, Marpaung, Matondang, Meliala, Munthe
N
Nababan, Nadapdap, Nadeak, Naibaho, Naiborhu, Nainggolan, Naipospos, Napitupulu, Nasution,Napitu
P
Padang, Pakpahan, Pandia, Pandiangan, Pane, Pangaribuan, Panggabean, Panjaitan, Parapat, Pardede, Pardomuan, Pardosi, Pasaribu, Perangin-angin, Pinem, Pohan, Pulungan, PurbaR
Rambe, Rangkuti, Ritonga, Rumahorbo, Rumapea, Rumasingap, Rumasondi
S
Sagala, Samosir, Saragi, Saragih, Saruksuk, Sarumpaet, Sembiring, Siadari, Siagian, Siahaan, Siallagan, Siambaton, Sianipar, Sianturi, Sibabiat, Sibagariang, Sibangebange, Sibarani, Sibayang, Sibero, Siboro, Siburian, Sibuea, Sibutarbutar, Sidabalok, Sidabutar, Sidabungke, Sidahapintu, Sidauruk, Sigalingging, Sihaloho, Sihite, Sihombing, Sihotang, Sijabat, Silaban [4], Silaen, Silalahi, Silitonga, SinaBang, Simalango, Simamora, Simandalahi, Simangunsong, Simanjorang, Simanjuntak, Simanungkalit, Simaremare, Simargolang, Simarmata, Simatupang, Simbolon, Simorangkir, Sinabariba, Sinaga [5], Sinambela, Singarimbun, Sinuhaji, Sinulingga, Sinukaban, Sinukapar, Sinupayung, Sinurat, Sipayung, Sirait, Siregar, Siringo-ringo, Sitanggang, Sitepu, Sitindaon, Sitinjak, Sitohang, Sitompul, Sitorus, Situmeang, Situmorang, Situngkir, Solia, Solin, Sormin, Sukatendal, Surbakti,Sinuraya
T
Tamba, Tambak, Tambun, Tambunan, Tampubolon, Tanjung, Tarigan, Tarihoran, Tinambunan, Tinendung, Tobing, Togatorop, Togar, Torong, Tumangger, Tumanggor, Turnip, Turutan, Tigalingga
U
Ujung
Budaya Batak - Semua adalah saudara
Budaya Batak - Semua adalah saudara
HORAS
Hehe pasti pada bingung, kok semua adalah saudara. Ya emang gitu sih. Dalam silsilah Batak, persaudaraan itu sangat dijunjung tinggi. Makanya kalo Batak jaman dulu, kalo ada sodaranya yang diganggu, pasti seluruh saudara yang lainnya langsung balik nyerang dan ngebelain. Makanya perang antar suku Batak itu dulunya rame looh.
Baiklah kita kembali lagi. Dalam masyarakat Batak, siapakah yang disebut dengan saudaranya? Hmm… Jawabnya adalah : Semua adalah saudaranya, asalkan dia punya marga. Sebenernya sih gini :
* Semua yang semarga dengannya adalah saudara yang mendekati saudara kandung. Cth : Igor Panggabean, berarti saudara dengan Tika Panggabean (walaupun sebenernya ga pernah ketemu n ga pernah saling kenal). Tapi kalo ketemu, pasti lagaknya kayak yang udah jadi saudara kandung aja. Pokoknya semua Panggabean adalah saudaraku
* Semua yang semarga dengan boru (sebutan marga utk perempuan) Ibunya. Cth : Ibu (orang batak sering bilang “mamak”) saya adalah Pangaribuan. Berarti semua Pangaribuan adalah saudara saya yang mendekati saudara Kandung.
* Semua yang semarga dengan boru (boru : sebutan marga utk perempuan) nenek dari ayah (opung boru). Cth : opung saya boru sitompul. Maka yang bermarga Sitompul juga adalah saudara saya. Bahkan yang bermarga sitompul akan menganggap saya sebagai cucu mereka sendiri
* Semua yang semarga dengan boru (sama dengan marga) nenek dari ibu (opung boru). Cth : opung saya boru Hutahaean. Maka yang bermarga hutahaean adalah saudara saya juga. Saya dianggap sebagai cucu mereka juga
* Semua yang semarga dengan boru atau marga dari istri atau suami saudara-saudara ayah. Cth : Ayah punya saudara laki-laki yang menikah dengan boru Simanjuntak. Maka saudara saya adalah semua yang bermarga Simanjuntak. Dan juga ayah saya punya adik perempuan yang menikah dengan marga Tobing. Maka yang bermarga Tobing adalah saudara saya juga. Bila saudara ayah ada 7, maka maksimal akan ada 6 marga lagi selain marga ibu yang akan menjadi saudara saya.
* Semua yang semarga dengan boru atau marga dari istri atau suami saudara-saudara ibu. Cth : Sama dengan atas, tapi ini diambil dari saudara-saudara ibu. Bila saudara ibu ada 12, maka maksimal akan ada 11 marga selain marga ayah yang kana menjadi saudara saya.
* Semua yang merupakan satu kelompok marga dengan saya. Contoh : saya Panggabean. Dan yang sekelompok marga dengan saya adalah Lumban Tobing, Lumban Siagian, Simorangkir dan Hutapea. maka yang bermarga tersebut adalah saudara saya juga. Mengenai kelompok marga akan dibahas di postingan yang lain.
* Semua yang merupakan satu kelompok marga dengan ibu saya. Cth : .. waduh saya kurang tau kelompok marga ibu saya (Pangaribuan) apa aja… maaf ada yang bisa bantu?
* Semua marga lain yang menikah dengan seseorang yang bermarga saya atau kelompok keluarga saya. Tapi ini udah dianggap saudara jauh sih. Cth : Saya Panggabean. Jadi kalo ada orang lain yang menikah dengan orang yang bermarga panggabean (atau kelompoknya : Lumban Siagian, Lumban Tobing, Simorangkir, Hutapea), karena panggabean sudah dianggap keluarga sendiri, maka orang lain tersebut juga dianggap saudara sendiri.
* Semua marga lain yang menikah dengan seseorang yang bermarga ibu saya atau kelompok keluarga ibu saya. Cth : Sama dengan atas. Yang ini prioritas hubungannya sudah lebih rendah dari yang diatas
Waaaah, ternyata saudaraku banyak juga yah? Nah coba aja kalian buat struktur pohon dari bentuk diatas, dan buat daftar marga saudara sesuai dengan prioritas. Berarti, yang menjadi saudaraku itu buanyak banget. Yang diatas aja belum semua yang ditulis.
Sistem persaudaraan ini, dalam adat batak sangat berpengaruh ketika seseorang mengadakan pesta. Akan ada aturan adat yang mengatakan ketika seseorang mengadakan pesta, maka marga atau siapa-siapa saja yang WAJIB, HARUS, KUDU, MUSTI diundang ke acara itu. Dan kalau orang yang seharusnya diundang itu tidak diberikan undangan, maka hal ini akan dianggap sebagai penghinaan terbesar kepada keluarga yang seharusnya diundang dan dianggap seperti pemutusan hubungan keluarga. Demikian juga sebaliknya. Bila ada keluarga yang diundang namun mereka tidak datang (dan bahkan tidak mengirimkan perwakilan) maka hal ini akan menjadi penghinaan yang besar kepada keluarga yang mengundang dan dianggap seperti pemutusan hubungan kekeluargaan. (Hati-hati jadi orang batak! hehe)
salah-salah bisa dapet kartu merah
Sekian dulu mengenai persaudaraan keluarga Batak. Nantikan review selanjutnya
nilai sebuah fitnah
Horas..........................!? boDikisahkan, ada seorang pedagang yang kaya raya dan berpengaruh di kalangan masyarakat. Kegiatannya berdagang mengharuskan dia sering keluar kota. Suatu saat, karena pergaulan yang salah, dia mulai berjudi dan bertaruh. Mula-mula kecil-kecilan, tetapi karena tidak dapat menahan nafsu untuk menang dan mengembalikan kekalahannya, si pedagang semakin gelap mata, dan akhirnya uang hasil jerih payahnya selama ini banyak terkuras di meja judi. Istri dan anak-anaknya terlantar dan mereka jatuh miskin. Orang luar tidak ada yang tahu tentang kebiasaannya berjudi, maka untuk menutupi hal tersebut, dia mulai menyebar fitnah, bahwa kebangkrutannya karena orang kepercayaan, sahabatnya, mengkhianati dia dan menggelapkan banyak uangnya. Kabar itu semakin hari semakin menyebar, sehingga sahabat yang setia itu, jatuh sakit. Mereka sekeluarga sangat menderita, disorot dengan pandangan curiga oleh masyarakat disekitarnya dan dikucilkan dari pergaulan. Si pedagang tidak pernah mengira, dampak perbuatannya demikian buruk. Dia bergegas datang menengok sekaligus memohon maaf kepada si sahabat "Sobat. Aku mengaku salah! Tidak seharusnya aku menimpakan perbuatan burukku dengan menyebar fitnah kepadamu. Sungguh, aku menyesal dan minta maaf. Apakah ada yang bisa aku kerjakan untuk menebus kesalahan yang telah kuperbuat?" Dengan kondisi yang semakin lemah, si sahabat berkata, "Ada dua permintaanku. Pertama, tolong ambillah bantal dan bawalah ke atap rumah. Sesampainya di sana, ambillah kapas dari dalam bantal dan sebarkan keluar sedikit demi sedikit ". Walaupun tidak mengerti apa arti permintaan yang aneh itu, demi menebus dosa, segera dilaksanakan permintaan tersebut. Setelah kapas habis di sebar, dia kembali menemui laki-laki yang sekarat itu. "Permintaanmu telah aku lakukan, apa permintaanmu yang kedua?" "Sekarang, kumpulkan kapas-kapas yang telah kau sebarkan tadi", kata si sahabat dengan suara yang semakin lemah. Si pedagang terdiam sejenak dan menjawab dengan sedih, "Maaf sobat, aku tidak sanggup mengabulkan permintaanmu ini. Kapas-kapas telah menyebar kemana-mana, tidak mungkin bisa dikumpulkan lagi". "Begitu juga dengan berita bohong yang telah kau sebarkan, berita itu takkan berakhir hanya dengan permintaan maaf dan penyesalanmu saja" kata si sakit "Aku tahu. Engkau sungguh sahabat sejatiku. Walaupun aku telah berbuat salah yang begitu besar tetapi engkau tetap mau memberi pelajaran yang sangat berharga bagi diriku. Aku bersumpah, akan berusaha semampuku untuk memperbaiki kerusakan yang telah kuperbuat, sekali lagi maafkan aku dan terima kasih sobat". Dengan suara terbata-bata dan berlinang air mata, dipeluklah sahabatnya. Netter yg luar biasa Seperti kata pepatah mengatakan, fitnah lebih kejam daripada pembunuhan. Kebohongan tidak berakhir dengan penyesalan dan permintaan maaf. Seringkali sulit bagi kita untuk menerima kesalahan yang telah kita perbuat. Bila mungkin, orang lainlah yang menanggung akibat kesalahan kita. Kalau memang itu yang akan terjadi , lalu untuk apa melakukan fitnah yang hanya membuat orang lain menderita.tentu… Jauh lebih nikmat bisa melakukan sesuatu yang membuat orang lain berbahagia.
take it risk
Dalam perjalanan hidup Jenderal Sun Tzu dikisahkan bahwa strategi perang untuk mencapai kemenangan itu bisa berubah detik demi detik, demi mengimbangi atau menganntisipasi perubahan strategi musuh. Strategi ini berpijak pada dasar pemikiran bahwa cara terbaik untuk menang perang adalah dengan menguasai kemampuan membaca jalan pikiran ahli strategi musuh. Dan barangsiapa mengetahui jalan pikir musuh dan mengetahui titik-titik kelemahannya, dipastiikan dia bisa memenangkan adu strategi tersebut.
Namun setiap strategi pasti mengandung risiko. Dan strategi peran Sun Tzu ditegaskan adanya prinsip mendasar yang mengatakan, "Kemenangan besar hanya bisa dilakukan orang yang berani ambil risiko besar". Prinsip ini menegaskan bahwa tanpa keberanian mengambil taktik berisiko besar, maka kemenangan besar sulit diraih. Inilah inti dari strategi perang Sun Tzu yang mensinergikan antara strategi perang yang cerdik dan matang dengan keberanian mengambil risiko besar demi kemenangan yang besar pula.
Dalam kehidupan non-kemiliteran pun seperti bidang manajemen, kewirausahaan, maupun kehidupan pribadi, kita mengenal prinsip strategi dan risiko semacam ini. Mungkin kita telah menyusun rencana dan menetapkan strategi untuk melakukan investasi, memulai bisnis baru, melakukan diversifikasi maupun ekspansi usaha. Ada target-target dan mimpi-mimpi besar dalam setiap tindakan tersebut. Ada peluang dan tantangan. Namun yang tidak boleh kita lupakan adalah faktor risiko yang sudah pasti ada dan melekat dalam setiap action kita. Ada risiko gagal, ada risiko berhasil. Itu pasti!
Contoh: mungkin berdasarkan perhitungan yang begitu matang, kita memiliki kemungkinan keberhasilan di atas 70%. Memang dalam strategi Sun Tzu kita diwajibkan untuk bisa memetakan keberhasilan lebih dulu. Memastikan kemenangan baru melakukan perang. Nah, jika rencana dan strategi telah dieksekusi sementara hasil yang didapat tidak sesuai perhitungan, itulah risiko sebuah action. Kita tidak mungkin berhenti bertindak hanya karena ingin menghilangkan sama sekali risiko kegagalan.
Seperti dalam kata-kata mutiara yang saya ciptakan, yang berbunyi; "Memang di dalam kehidupan ini tidak ada yang pasti. Tetapi kita harus berani memastikan apa-apa yang ingin kita raih". Jadi dalam lapangan hidup apa pun, strategi itu penting. Tetapi keberanian mengambil risiko juga sangat penting. Ingat, strategi tanpa keberanian mengambil risiko tidak akan membawa kita ke tujuan apa pun.
Self
horas
Alkisah, di puncak sebuah mercusuar, tampak lampu mercusuar yang gagah dengan sinarnya menerangi kegelapan malam. Lampu itu menjadi tumpuan perahu para nelayan mencari arah dan petunjuk menuju pulang.
Dari kejauhan, pada sebuah jendela kecil di rumah penjaga mercusuar, sebuah lampu minyak setiap malam melihat dengan perasaan iri ke arah mercusuar. Dia mengeluhkan kondisinya, “Aku hanyalah sebuah lampu minyak yang berada di dalam rumah yang kecil, gelap dan pengap. Sungguh menyedihkan, memalukan, dan tidak terhormat. Sedangkan lampu mercusuar di atas sana, tampak begitu hebat, terang dan perkasa. Ah….Seandainya aku berada di dekat mercusuar itu, pasti hidupku akan lebih berarti, karena akan banyak orang yang melihat kepadaku dan aku pun bisa membantu kapal para nelayan menemukan arah untuk membawanya pulang ke rumah mereka dan keluarganya.”
Suatu ketika, di suatu malam yang pekat, petugas mercusuar membawa lampu minyak untuk menerangi jalan menuju mercusuar. Setibanya di sana, penjaga itu meletakkan lampu minyak di dekat mercusuar dan meninggalkannya di samping lampu mercusuar. Si lampu minyak senang sekali. Impiannya menjadi kenyataan. Akhirnya ia bisa bersanding dengan mercusuar yang gagah. Tetapi, kegembiraannya hanya sesaat. Karena perbandingan cahaya yang tidak seimbang, maka tidak seorang pun yang melihat atau memperhatikan lampu minyak. Bahkan, dari kejauhan si lampu minyak hampir tidak tampak sama sekali karena begitu lemah dan kecil.
Saat itu, lampu itu menyadari satu hal. Ia tahu bahwa untuk menjadikan dirinya berarti, dia harus berada di tempat yang tepat, yakni di dalam sebuah kamar. Entah seberapa kotor, kecil dan pengapnya kamar itu, tetapi di sanalah lebih bermanfaab. Sebab, meski nyalanya tak sebesar mercusuar, lampu kecil itu juga bisa memancarkan sinarnya menerangi kegelapan untuk orang lain. Lampu kini tahu, sifat iri hati karena selalu membandingkan diri dengan yang lain, justru membuat dirinya tidak bahagia dan memiliki arti.
Pembaca yang budiman,
Hidup kita tentu akan menderita jika merasa diri sendiri selalu lebih rendah dan kecil. Maka, tidak akan tenang hidup jika kita selalu membanding-bandingkan diri sendiri dengan orang lain dan menganggap orang lain lebih hebat. Apalagi, jika kita kemudian secara membuta mencoba menjadi orang lain.
Meniru orang memang sah dan boleh saja. Namun, belajarlah dari orang lain dari sisi yang baik saja, tentu dengan tanpa mengecilkan dan meremehkan diri sendiri.
Karena itu, apapun keadaan diri, kita harus senantiasa belajar bersyukur dan tetap bangga menjadi diri sendiri. Selain itu, kita juga butuh melatih dan memelihara keyakinan serta kepercayaaan diri. Dengan menyadari kekuatan dan kelebihan yang kita miliki, dan mau berjuang selangkah demi selangkah menuju sasaran hidup yang telah kita tentukan, ditambah bekal kekayaan mental yang kita miliki, pastilah kemajuan dan kesuksesan yang lebih baik akan kita peroleh.